Senin, 04 Juni 2012

KONSELING ISLAM


KONSELING ISLAM
A.    DEFENISI
Konseling islam adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran dan penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup masa sekarang dan masa depannya (Muhammad Arifin dalam Samsul Munir, 2010).
Konseling agama menekankan penjiwaan agama dalam pribadi klien sehubungan dengan pemecahan problem dalam kegiatan lapangan hidup yang dipilihnya. Ia dibimbing sesuai dengan perkembangan, sikap dan perasaan keagamaannya sesuai dengan tingkat dan situasi kehidupan psikologisnya. Dalam keadaan demikian, sikap dan pribadi pembimbing (konselor) sangat berpengaruh terhadap jiwa konseli, karena pada saat penderita kesulitan klien sangat peka terhadap kejiwaan dari pribadi penolongnya. Jadi, konselor agama dituntut persyaratan yang cukup berat.
 Seperti yang dikatakan Wayne, E. Oatesthere is no easy road to becoming a good religious conselor, any more than there is an easy road to becoming any kind of effective counselor” (tidak ada jalan yang mudah dilalui untuk menjadi konselor yang baik, sedangkan mendapatkan jalan untuk menjadi konselor yang efektif dalam bidang apapun adalah lebih mudah). Senada dengan pengalaman psikiater Carl G. Jung menyatakan sebagian besar pasien yang diobati menderita penyakit dikarenakan tidak memperoleh cahaya dari nilai-nilai agama dalam diri mereka. Penyembuhan tidak dapat diperoleh, kecuali apabila yang bersangkutan mendapatkan kembali cahaya dari nilai-nilai keagamaannya.
Jadi, konseling islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah. Apabila internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Qur’an dan Hadis telah tercapai dan fitrah beragama itu telah berkembang secara optimal maka individu tersebut dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah swt, dengan manusia dan alam semesta sebagai manifestasi dari peranannya sebagai khalifah di muka bumi yang sekaligus juga berfungsi untuk mengabdi kepada Allah swt.


B.     KONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM
Menurut psikologi islami manusia selalu dalam proses berhubungan dengan alam, manusia, dan Tuhan. Ketiga hal ini turut memberikan andil dalam membentuk tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia merupakan aktualisasi dari rentangan dari rangkaian keterikatan dengan alam, manusia, dan Tuhan. Dinamika tingkah laku manusia adalah seberapa besar dominasi keinginan yang akan diaktualisasikan. Jika dominasi keinginan alam yang dominan maka akan muncul tingkah laku yang bersifat alamiah, seperti makan, minum, berhubungan seksual dan lain-lain. Jika dominasi keinginan kemanusiaan, maka akan muncul tingkah laku yang berhubungan dengan aktualisasi diri, seperti ingin dihormati, menguasai orang lain, ingin mencintai, dan dicintai orang lain, dan lain-lain. Sementara jika dominasi keinginan Tuhan yang akan diaktualisasikan, maka berbarengan dengan itu akan muncul tingkah laku berupa ‘ibadah (Harmaini, 2010).
Pemahaman yang menyeluruh dan holistik tentang tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan alam, manusia dan Tuhan, merupakan inti persoalan paradigma yang ditawarkan dalam Psikologi Islami. Paradigma itu disebut dengan “paradigma fitrah’. Istilah fitrah terambil dari istilah dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum/30: 30. Hakikat paradigma fitrah adalah pengakuan terhadap kebenaran tunggal, satu, monistik, dalam wilayah transendental, dan pada saat yang sama dalam wilayah empiris-historis tampilannya dapat bervariasi dan beragam (Harmaini, 2010).
Tingkah laku manusia senantiasa tampil sebagai akumulasi ekspresi aktualisasi potensi bathin dan responsi pengaruh lingkungan. Ekspresi berarti bahwa tingkah laku menjadi media (sarana) untuk mengekspresikan kondisi psikis. Responsi berarti tingkah laku muncul sebagai respon (tanggapan) terhadap stimulus lingkungan. Tingkah laku manusia senantiasa menampilkan dua sisi ekspresi dan responsi. Perbedaan antara satu tingkah laku dengan tingkah laku lainnya terletak pada prosentase masing-masing sisi, apakah sisi ekspresi atau sisi responsi yang dominan. 
C.     KAPASITAS DAN HAKIKAT MANUSIA UNTUK TUJUAN KONSELING
            Didalam sumber ajaran islam yang terdapat dalam al-qur’an dan hadis, sebenar nya sudah banyak ayat-ayat yang mengandung arti konseling , hanya saja masih tersebar di berbagai tempat dan belum tersusun secara sistematis dan dipilah –pilah seperti dalam konseling secara umum. Terutama dalam sistematika tentang: hakikat manusia , pribadi sehat ,pribadi tidak sehat,peran dan fungsi konselor serta tekhnik dan prosedur dalam konseling.oleh karena itu kiranya tidak perlu berlebihan apabila penelitian ini bertujuan untuk mencari bahan dari islam , khusus nya ayat-ayat yang memiliki dan mengandung nilai konseling, ada 6 kapasitas dan hakikat manusia yang bias ditujukan untuk praktek konseling psikologi islam
1.      Kapasitas akan kesedaran diri
Manusia itu dilahirkan dalam keadaan fitrah.artinya tiap-tiap orang itu dilahirkan ibu nya atas dasar fitrah,keduanya orang tuanya lah menjadikan nya yahudu nasarani dan majusi. (HR muslim)
Firman allah dalam alquran tentang kapasitas manusia , diterangkan dalam bebrapa surat, diantaranya adalah(  Mubarok dalam Harmaini 2010 )
·         Fitrah manusia beragama tauhid dan penerima kebenaran, surat arum,30:30
·         Sudah ada perjanjian mengakui allah sebagai tuhan ,surat AL_A’RAF 7:172
·         Manusia dibekali dengan potensi akal, pendenganran  penglihatan dan hati surat ARRA’DU ,13:19-20; as-sajadah 32:9
·         Manusia dibekali dengan petunjuk ilahiyah, surah alfatiha 1:7
·         Manusia sebagai khalifah , albaqarah : 30
·         Manusia diberi amanah atau tugas keagamaan ,al ahzab,33:72
·         Manusia sebgai pengabdi allah (Abdullah ), ADZ Dzariyat,51:56
Sesuai dengan fitrah nya bahwa manusia itu dijadikan dalam keadaan suci ,secara fitrah beragama tauhid dan penerima kebenaran , terikat perjanjian dengan alllah bahwa allah itu tuhannya , dibekali dengan potensi akal , pendengaran ,penglihatan , dan petunjuk ilahiya , sebagai khalifah, pemegang amanah (tugas keaamanan), dan sebagai Abdullah (pengabdi).kapasitas akan kesadaran diri dalam islam adalah menyadari eksiistensi nya sebagai manusia mahkluk ciptaan allah yang harus menjalan kan fungsinya sebagai khalifah.sebagai Abdullah yang punya kewajiban untuk mengabdi kepada sang khalik, menggunakan potensi yang diberikan allah berupa akal, hati, pendengaran, penglihatan untuk memahami tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan allah .
Menurut  musnamar dan faqih manusia diciptakan allah didunia ini memiliki fungsi sebagai berikut 
a.       Sebagai makhluk allah secra kodrati makhluk religious.
b.      Sebagai makhluk individu , yang memiliki ke khasan masing –masing potensi dan eksistensi sendiri (surah alqomar  54:49)
c.       Sebagai makhluk social , yang memerlukan bantuan dan slalu berhubungan dengan orang lain.(alhujarat),49:14
d.      Sebagai makhluk berbudaya, yang hidup didalam dan megelolah alam dunia ini degan akal dan piiran untuk  menciptakan kebudayaan. Khalifah pi lard()surah alfatir 35 :39
2.      Kebebasan dan bertanggung jawab
Potensi  yang diberikan allah kepada manusia diserah kan sepenuh nya penggunaan nya kepda manusia itu sendiri ,konsekuensi nya nanti harus mempertangguang jawabkan akibat dsaeri perbuatan nya itu kepada manusia lam untuk saat ini dan disini dan didunia, dan kepada sang pencipta disana dan yang akn dating di akhirat.
3.      Menciptakan identitas dirinya dan menciptakan identitas diri nya dan menciptaka hubungan yang bermakna dengan orang lain.ada beberapa yat dalam alquran.yang mengadungf dimensi 3 yaitu :
·         manusia adalah makhluk yang berkualiata al imran :110.
·         Keseimbangan antara hablu minallah dan habluminannas.Al Imran 3:112
·         Saling menolong dalam kebajikan dan menjauhi perbutan yang jelek almaidah, 5:1-2
·         Saling menasehati dan menaati kebenaran serta berlaku sabar dan adil , al-ashar, 103:1-3
·         Keseimbngan antara dunia dan akhirat Al Qhasash, 28:77; albaqoroh,:201
·         Memihara silaturrahim An Nisa 4: 1.
Terdapat empat ragam relasi manusia yang masing-masing memiliki kutub-kutub positif dan negative yaitu:
1.      Hubungan manusia dengan dirinya sendiri yang ditandai dengan kesadaran untuk melakukan amal ma’ruf nahi munkar (QS, ali imran, 3:110) atau sebaliknya, mengumbar nafsu-nafsu rendah (QS, yasin, 36:6, QS al jatsiat , 45:23).
2.      Hubungan antar manusia dengan usaha membina silaturahmi (QS, Annisa’, 4:1) atau memutuskannya (QS, Yusuf, 12;100)
3.      Hubungan manusia dengan alam sekitar yang ditandai dengan upaya pelestarian alam dan pemanfaatan alam dengan sebaik-baiknya (QS, Hud, 11:6) atau sebaliknya menimbulkan kerusakan alam (QS, Arruum, 30:41)
4.      Hubungan manusia dengan sang pencipta dengan kewajiban ibadah kepadanya (QS Adz Dzaariat, 51:56) atau menjadi ingkar dan syirik kepadanya (QS, An Nisa’ 4:48)

4.      Usaha pencarian makna, tujuan, nilai dan sasaran:
Manusia diberikan kekuatan batin dan keyakinan yang mantap, Al-Anfal, 8:2-4.
·         Selalu berfikir posif, hadis riwayat Ibnu Asakir yang artinya ”bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup abadi, dan bekerjalah untuk akhirat mu seolah-olah kamu akan mati esok hari.
·         Dilebihkan dari makhluk lain (Al Isro’, 17;70)
·         Dilengkapi  bersyukur (An Nahl, 16:78)
·         Memiliki pandangn hidup, (Al Bayyinah, 98:5)
Termasuk kesabaran kita da;lam mebnghadapi masalah. Apakah kita bias mengambil hikmah dari peristiwa yang sedang dicobakan allah kepada manusia. Kita harus yakin, bahwa allah akan menguji hambaNYA dengan kesenangan, kesusahan, kecemasan, kepedihan, dan kematian. Tergantung seberapa tingkat keimanan kita menerimanya.
5.      Kecemasan sebagai suatu kondisi hidup; ingat allah (Ar Ra’du, 13:28)
Perasaan cemas tarafnya bermacam-macam, mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat, mulai dari sifatnya yang paling normal/biasa sampai kecemasan neurotic yang merupakan gejala gangguan kejiwaan. Kecemasan yang paling sering melanda masyarakat dewasa ini menurut Bastaman adalah kehampaan hidup (Existensial Vacuum) yang diakibatkan karena orang yang bersangkutan tidak berhasil menemukan makna dalam hidupnya. Mereka mengalami kehampaan ini biasanya berkeluh kesah, bahwa mereka serba hampa, bosan dan pnuh keputusasaan.
Mereka juga kehilangan minat dan inisiatif serta merasakan bahwa hidunya tidak berarti. Tetapi yang ditawarkan islam dalam mengatasi kecemasan ini adalah dengan zikrullah untuk menghadirkan tumakninah, yaitu perasaan tenang, dan tentram yang mendalam sebagai anugerah  allah. Akiat dari mengingat allah ini adalah sebagai : Sarana komunikasi untuk mendekatkan diri kepada allah, menjadi golongan yang unggul, Allah menyediakan ampunan dan pahala yang banyak, membentengi diri dari segala siksa dan bencana, menunda datangnya kiamat.
Allah tidak membebani manusia kecuali sesuai kadar kemampuannya (Al Mu’minun, 23:62); (Al Baqarah, 2:286);(Al an’am, 6:152). Yang perlu ditanamkan pada diri kita, bahwa dibalik m usibah atau cobaan pasti ada hikmahnya. Hanya saja kemampuan manusia sangat terbatas untuk menangkap dan memahami apa yang ada dibalik suatu peristiwa. Hal ini menuntuk kesabara kita dalam menghadapinya, termasuk kecemasan yang diakibatkan karena ketidaksabaran kita dalam menghadapi masalah.

6.      Kesadaran akan datangnya maut serta ketidakberadaan
Tiap berjiwa akan mati (Ali imran, 3:185); (Al baqarah, 2:156). Mati adalah rahasia allah. Manusia tidak tahu kapan dia akan mati, tetapi wajib mempercayainya karena itu merupakan salah satu rukun iman (percaya qadha dan qadhar). Dalam konseling islam, kita tidak bias lepas dari konseling secara umum. Unsur-unsur yang ada dalam konseling yang dikemukakan corey yaitu :
a.       Hakikat manusia
Menurut islam adalah netral aktif dan pasif sekaligus, yang hanya dibedakan dengan rentan waktu, karena factor usia balita dan dewasa. Manusia itu netral-pasif pada masa balita karena pada masa ini potensi yang dimiliki individu belum berfungsi secara optimal, dan masih bergantung kepada orang tua (mandiri). Sehingga orangtuanyalah yang bertanggung jawab atas perbuatan dan tingkah laku anaknya. Manusia itu netral-aktif setelah usia akil baligh, karean pada masa ini potensi yang dimiliki individu sudah berfungsi secara optimal (Sudah bias menentukan baik-buruk, halal-haram, mandiri), sehingga individu itu sendirilah yang bertanggung jawab atas perbuatan dan tingkah lakunya. Secara fitrah pula manusia beragama tauhit da penerima kebenaran juga diberi kebebasan untuk menentukan jalan ketakwaan atau kepasikan, sudah terikat oleh perjanjian untuk meakui Allah sebagai tuhannya. Mausia seharusnya bias melaksanakan tugas-tugas keagamaan allah yang diberikan kepada dirinya (khalifah).
b.      Pribadi sehat
Menurut islam berfungsinya iman sebagai penentu dalam kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam hal ini berarti berfikir, bertindak dan berbuat sesuai dengan fitrahnya yang mengarah pada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat kelak. Pribadi sehat akan mengarahka manusia kepada mental yang sehat pula, meliputi mencintai allah, bertaqwa, mengakui kesalahan,  beramal ma’ruf nahi munkar, memelihara hubungan dengan allah dan sesama manusia, berpandangan hidup lurus saling menolong dalam kebaikan dan melarang berbuat dosa, batinya kuat, berlaku sabar dan adil, bernasihat tentang kebenaran, selalu mengingat allah, menjaga keseimbangan dunia akhirat, selalu berfikir positif, dan menjaga silaturahim.
c.       Pribadi tidak sehat menurut islam
Adalah iman tidak dapat berfungsi penuh sebagai penentu atau pengendali dalam kognitif, afektif dan psikomotorik. Pribadi yang tidak sehat ini dalam al-qur’an termasuk golongan hamba yang tidak mendapat petunjuk dan tidak dicintai allah. Mereka itu sesat karena tidak mau menggunakan akalnya atau tidak memanfaatka potensi yang diberikan allah (melupakan allah, dzalim, kafir, musyrik, syirik, munafik, selalu mengikuti hawa nafsu, dan selalu berbuat kerusakan).
Analisis konseling menurut islam berdasrkan AL-Quran dan hadits dalam memandang manusia. Orientasi keberadaan manusia adalah dunia-akhirat. Pandangan islam tentang manusia adalah fitrah yaitu suci dan beriman. Punya potensi akal, penglihatan, pendengaran, dan hati untuk bias menentukan jalan hidupnya, bertanggung jawab, selalu berfikir positif dalam setiap gerak langkahnya. Adanya keterkaitan dalam setiap tahap kehidupan, antara masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.
Manusia tidak boleh terbelenggu oleh masa lalu yang suram, demikian juga tidak boleh terpaku dan silau oleh keberhasilan yang ada dihadapannya. Semua yang ada didunia ini adalah ujian sekaligus amanat yang harus dipertanggung jawabkan kelak di akhirat. Manusia harus bias mengendalikan diri, ikhtiar dan tawakal kepada Allah.
Dalam islam, manusia sudah dibekali dengan potensi-potensi yang dimiliki tergantung manusia itu sendiri mampu atau tidak dalam memanfaatkan potensi yang diberikan Allah kepadanya. Perilaku manusia disatu pihak ditentukan oleh manusia itu sendiri, karena secara fitrah sudah dibekali Allah sejak lahir yaitu berupa bakat. Sedangkan dipihak lainnya adalah karena adanya campur tangan dari pihak lain yaitu lingkungan dan ada satu unsur lagi sebagai pengendali dan penentu perilaku manusia yaitu adanya unsure iman. Jadi perilaku manusia menurut islam terjadi karena bakat pengaruh lingkunga dan iman, termasuk didalamnya adanya campur tanganNya (Allah). 
D.    TUJUAN KONSELING
Tujuan utama konseling islami adalah pemberdayaan iman atau mengembalikan manusia sesuai dengan fitrahnya yaitu beragama tauhid dan penerima kebenaran, terikat perjanjian dengan Allah dan mengakui bahwa Allah itu Tuhannya, dibekali dengan potensi akal, pendengaran, penglihatan, hati, dan petunjuk Ilahiyah, sebagai khalifah atau pemegang amanat untuk tugas kemanan, dan sebagai Abdullah (pengabdi), bertanggungjawab atas perbuatannya, serta diberi kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya sesuai dengan fitrahnya (Harmaini, 2010)..

E.     HUBUNGAN TERAPIS DENGAN KLIEN
Hubungan yang terjadi dalam konseling Islam antara klien dan terapis adalah uswatun hasanah (teladan yang baik). Seperti yang terjadi pada waktu nabi SAW berkumpul dalam satu majlis untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh umatnya. Selain itu juga sebagai penyempurnaan akhlak. Hubungan yang terjadi dalam konseling Islam adalah keteladanan dari konselor terhadap kliennya. Terlebih dahulu konselor harus memahami dirinya sendiri sebelum memahami dunia klien, agar dalam proses konseling tidak terjadi salah persepsi atau salah paham terhadap permasalahan yang diajukan klien (Samsul Munir Amin, 2010).
F.      METODE KONSELING ISLAMI
Metode konseling menunjuk pada cara konselor membantu klien menjalani proses konseling, antara lain apakah konselor menyalurkan pembicaraan ke arah tertentu atau tidak, apakah konselor memberikan petunjuk mengenai apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak, apakah konselor memberikan pengarahan kepada murid dalam caranya berfikir atau tidak. Menurut Samsul Munir Amin ada beberapa metode yang dipakai dalam konseling islam yaitu:
1.      Nondirective Method
Metode nondirective berasumsi bahwa:
a.       individu berhak menentukan haluan hidupnya sendiri, bahwa dirinya memiliki daya yang kuat untuk mengembangkan diri;
b.      individu pada hakikatnya bertanggung jawab atas tindakannya sendiri
c.       Individu bertindak atas dasar pandangan-pandangan subjektif atas dirinya sendiri (konsep diri) dan terhadap dunia di sekitarnya.
Selama proses konseling, seseorang meninjau sikap perasaan, dan tingkah lakunya, dengan demikian dia akan lebih memahami dirinya sendiri dan lebih menyadari keharusan untuk mengadakan perubahan dalam sikap, perasaan, dan cara berfikir. Metode ini mempermudah refleksi diri dalam suasana komunikasi yang penuh saling pengertian dan kehangatan. Cara bertindak demikian mungkin kelihatan sebagai pengambilan sikap yang pasif, tetapi sebenarnya konselor sangat aktif dalam mengikuti jalan pikiran dan perasaan klien. Jadi penggunaan metode nondirective menuntut konselor memiliki kemampuan tinggi untuk menangkap penghayatan perasaan dalam pernyataan-pernyataan klien dan memantulkan kembali kepada klien dalam bahasa atau tindakan yang sesuai.
2.      Directive Method
Penggunaan metode ini berasumsi bahwa individu mungkin belum sedemikian mengerti akan motif yang sebenarnya mendasari tingkah lakunya atau belum memahami bakat dan minatnya yang sesungguhnya. Konselor membantu klien dalam mengatasi masalahnya dengan menggali daya berpikir mereka, tingkah laku yang barangkali terlalu berdasarkan perasaan dan dorongan impulsif harus diganti dengan tingkah laku yang lebi rasional (Samsul Munir Amin, 2010).
.
Konselor dapat mengikuti beberapa langkah kerja berikut:
  1. Membantu konseli dalam merumuskan dan membatasi masalah yang sedang dihadapi
  2. Memikirkan jenis-jenis data yang dibutuhkan berhubungan dengan masalah konseli
  3. Menyampaikan hasil diagnosis kepada konseli dan bersama dengannya mencari pemecahan yang paling baik
  4. Membantu konseli mengatasi kesulitan baru yang kemungkinan timbul kemudian hari apabila mulai melaksanakan apa yang ditentukan dalam wawancara konseling (follow up)
3.      Metode Eklektif
Metode eklektif merupakan penggabungan unsur-unsur dari directive method dan nondirective method. Misalnya, konselor di sekolah pada umumnya mengadakan penggabungan dengan cara pada permulaan proses konseling lebih cenderung ke nondirective method dengan menekankan keleluasaan bagi konseli untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, dan setelah itu mengambil peranan lebih aktif dalam menyalurkan arus pemikiran klien. (Samsul Munir Amin, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Harmaini. 2010. Pengantar Psikologi Islam. Pekanbaru: Suska Press.
Seligman,  Martin. 2005. Authentic Happiness. Bandung: Mizan.
Munir, Samsul & Haryanto. Kenapa Harus Stress. Jakarta: Amzah.
Munir, Samsul. 2010. Bimbingan Dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah.

0 komentar:

Posting Komentar