Senin, 04 Juni 2012

KONSEP NILAI KERJA PADA BUNDO KANDUANG


NILAI KERJA PADA WANITA MINANGKABAU
Putriana / 10961005439
Fakultas Psikologi, A-V
2012
A.    PENDAHULUAN
BUNDO KANDUANG, WANITA MINANGKABAU
Bundo kanduang adalah panggilan terhadap golongan wanita minangkabau. Bundo berarti ibu, kanduang berarti sejati. Bundo kanduang merupakan ibu sejati yang memiliki sifat-sifat keibuan dan kepemimpinan.
Wanita adalah tempat menarik tali keturunan manusia di minangkabau yang disebut matrilineal. Hal ini karena ibulah menurut keturunan alam takambang jadi guru yang dijadikan oleh yang maha kuasa yang menyimpan pranatal, yang melahirkan dan beberapa proses yang maha penting kemudian disambut oleh tugas-tugas keibuan setelah dilahirkan.
Keutamaan bundo kanduang
1.      Keturunan ditarik dari garis ibu. Yakni pengantara keturunan yang harus memelihara diri serta mendudukkan diri dengan aturan adat dan agama islam, membedakan halal dan haram dalam hal makanan serta perbuatan lahiriah.
2.      Rumah tempat kediaman. Diutamakan untuk wanita.
3.      Sumber ekonomi diutamakan untuk wanita.
4.      Yang menyimpan hasil ekonomi adalah wanita.
5.      Wanita mempunyai hak suara dalam musyawarah. Misalnya, setiap keputusan yang telah diperoleh dalam rapat bersama kaum laki-laki dalam suatu kaum, dapat dilaksanakan kalau kaum wanita belum menyepakatinya.
Sifat-sifat bundo kanduang:
1.      Bersifat benar. Perkataan, perbuatan, dan tingkah laku
2.      Bersifat jujur, dipercaya lahir dan bathin
3.      Bersifat cerdik. Mudharat jo mufaat, mangana labo jo rugi, mangatahui sumbang jo salah, tahu di unakka manyangkuik, tahu di rantiang ka mancucuak, ingek di dahan ka mainpok, tahu di angin nan basemik, arih diombak nanbasabuang, tahu di alamat katosampai.
4.      Pandai berbicara. Karena dia seorang yang berfungsi pendidik di dalam rumah tangga dan keluarga.
5.      Mempunyai sifat malu ibarat ros berduri. Mencegah perbuatan melanggar adat dan syarak.

Bundo kanduang menjadi sosok utama dalam sistem kekerabatan matrilineal suku minangkabau. Peran ini pastinya memiliki implikasi psikologis bagi para wanita minang. Peran sebagai ibu, pengajar, teladan, serta hak-hak dalam rumah tangga seperti menuntut wanita minang untuk survive. Survive dalam arti kemandirian diperlukan agar dapat menjalankan semua peran tersebut.
B.      TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mid semester, serta melatih penulis untuk mengadakan studi deskriptif. Studi ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai perilaku individu dalam lintas budaya.
C.    KONSEP
PENGERTIAN NILAI
Nilai adalah seperangkat pengetahuan yang dijadikan acuan pedoman yang disepakati bersama. Pengetahuan itu dipakai sebagai alasan yang mendasari dan yang mendorong, yang memotivasi, yang menentukan arah pilihan bertindak dan cara bertindak, serta hasil dari tindakan yang dinilai sebagai yang benar atau yang baik, menurut pikiran dan perasaan umumnya warga masyarakat yang bersangkutan. Kebudayaaan adalah keseluruhan pengetahuan yang telah diterima dan diberlakukan umum sebagai pedoman dalam bertindak di dalam interaksi sosial dan untuk merencanakan, melaksanakan, dan menghasilkan karya-karya dalam kerangka memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai makhluk sosial secara beradab.
Dalam kehidupan bermasyarakat manusia, sistem nilai budaya secara universal berorientasi kepada lima masalah dasar dalam kehidupan manusia. Kelima masalah dasar itu ialah menyangkut: hakikat hidup, hakikat karya, persepsi manusia tentang waktu, pandangan manusia terhadap alam dan hakikat hubungan antar manusia (samovar dkk, 2010). Makna dari orientasi nilai budaya itu adalah untuk: (Samovar dkk, 2010)
1.      Merepresentasikan dunia angan yang ingin dicapai.
2.      Mengarahkan yang bersangkutan melakukan sesuatu sebatas yang diinginkan.
3.      Memantabkan perasaan bahwa diri yang bersangkutan telah berbuat seperti apa yang diangankan.
Menurut Rokeach (dalam Harmaini, 2010) bahwa nilai adalah keteguhan pendirian seseorang tentang bagaimana ia harus bertindak dan memperjuangkan tujuan-tujuannya. Nilai merupakan kepercayaan yang dapat memberikan penilaian atau mengevaluasi apakah sesuatu itu benar atau salah, baik atau buruk, diinginkan atau tidak diinginkan.
Dari perspektif psikologis seperti yang dikemukakan oleh Gangsfer dkk (1986) bahwa nilai merupakan aspek kepribadian yang dipandang baik, berguna atau penting dan diberi bobot tertinggi oleh seseorang. Maka nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang dianggap baik, berguna atau penting dan diberi bobot tertinggi oleh individu atau kelompok dan menjadi referensi dalam bersikap serta berperilaku dalam hidupnya.
Nilai dalam budaya dapat dijadikan sebagai variabel bebas terhadap perilaku. Nilai sama fungsi psikisnya seperti sikap, kebutuhan-kebutuhan, motif-motif dan sebagainya yang mempunyai dampak luas terhadap hampir semua aspek perilaku manusia dalam konteks sosialnya.
Nilai diterjemahkan dalam tindakan. Bahwa ada suatu kepercayaan yang menimbulkan suatu nilai, nilai akan membentuk sikap dan sikap akan berbentuk sebuah perilaku. Misalnya apabila kita percaya bahwa status ekonomi akan melanggengkan suatu keluarga maka kita akan menilai bahwa stabilitas finansial sebagai hal yang menolong. Kita akan memiliki perilaku positif terhadap wanita yang bekerja daripada wanita yang tidak bekerja.
Sifat nilai
Rokeach mengemukakan ada dua sifat nilai yaitu:
a.       Nilai instrumental : nilai moral dan niai kompetensi. Nilai moral berkaitan dengan cara bertingkah laku, sedangkan nilai kompetensi atau aktualisasi diri lebih bersifat personal dan kurang terkait dengan moralitas. Perilaku jujur dan bertanggung jawab, mendorong orang merasa bahwa ia bermoral, sedang berperilaku logik, cerdas dan imajinatif mendorong orang merasa bahwa ia kompeten.   
b.      Nilai terminal: personal apabila ia dipusatkan pada diri sendiri  dan bersifat sosial apabila dipusatkan pada masyarakat.
Fungsi nilai:
Rokeach (1973) membagi nilai ke dalam 5 fungsi yaitu:
1.      Nilai sebagai standar. Nilai sebagai standar yang menunjukkan tingkah laku berbagai cara seperti membawa individu untuk mengambil posisi khusus dalam masalah sosial, mempengaruhi individu dalam memilih idiologi politik maupun agama.
2.      Nilai sebagai nilai umum dan penyelesaian konflik dan pengambilan keputusan.
3.      Nilai berfungsi motivasional.
4.      Nilai berfungsi penyesuaian.
5.      Nilai berfungsi sebagai pengetahuan atau aktualisasi diri.
Masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang  berbeda akan memiliki nilai yang berkaitan dengan kerja secara berbeda pula. Persamaan dan perbedaan dalam orientasi kerja menjadi sumber pertumbuhan dan pendapatan uang (ekonomi) secara menyeluruh / adanya konflik, frustrasi dan hambatan-hambatan organisasional.
              ARTI KERJA
Kerja adalah kegiatan yang direncanakan. Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya.
Kebutuhan yang ada dapat dibagi menjadi :
a.       Kebutuhan fisiologis dasar. Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan fisik atau biologis, seperti makan, minum, tempat tinggal dan kebutuhan lain yang sejenis.
b.      Kebutuhan-kebutuhan sosial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Ia memerlukan persahabatan dan tidak akan berbahagia kalau ia ditinggalkan sendirian untuk jangka waktu yang lama.
c.       Kebutuhan egoistik
-          Prestasi. Individu merasakan bahwa pekerjaannya itu penting. Semakin tinggi tingkat keterampilan maka tingkat kepuasan juga akan semakin tinggi.
-          Otonomi. Individu menginginkan adanya kebebasan, menginginkan semacam kreativitas, dan variasi di dalam menjalankan pekerjaannya.
-          Pengetahuan. Menjadi seorang ahli dalam suatu bidang memberi perasaan puas karena manusia tidak hanya ingin tahu apa yang terjadi, tetapi juga ingin mengetahui mengapa sesuatu terjadi dan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Bagi mereka yang tingkat perkembangannya tinggi, pekerjaan seringkali berorientasi pada motivasi. Misalnya, wanita yang diberi modal oleh suami untuk menumbuhkan usaha baru meskipun secara materi kebutuhan mereka sudah tercukupi oleh suami. Dari sudut pandang lain pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih. Orang yang bekerja dapat memenuhi kebutuhan diri dan orang lain.
D.    METODE
Subjek. Wanita 22-40 tahun dari suku minang yang bekerja dan berdomisili di kota pekanbaru dan sekitarnya. Jumlah subjek 10 orang.
Metode penelitian: penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan dalam aspek sikap, opini, keyakinan dan perilaku. Hasil penelitian dianalisis dengan metode deskriptif.  
E.     HASIL
Berdasarkan data dari jawaban 10 responden menunjukkan tidak ada hubungan antara tanggung jawab gender dengan perilaku kerja pada wanita minang. Kerja yang mereka lakukan merupakan bentuk peran untuk ikut andil dalam mensejahterakan keluarga.
Bundo kanduang, panggilan wanita dalam suku minang diartikan sebagai ibu kandung. Tanggung jawab ibu adalah mengurus anak, rumah tangga, suami, mendidik anak, dan urusan-urusan domestik rumah tangga lainnya. Wanita tidak dibebani untuk bekerja di luar rumah seperti halnya suami yang mencari nafkah.
Wanita minang yang memilih bekerja atas dasar pengambilan peran. Peran ini dilakukan untuk membantu tingkat pendapatan keluarga. Kondisi finansial keluarga yang minim juga merupakan faktor mengapa wanita bekerja. Di rumah, wanita lebih mengetahui apa yang dibutuhkan oleh anak-anak dan kebutuhan keluarga lainnya sehingga dorongan untuk mencari tambahan begitu kuat. Sementara tanggung jawab laki-laki semata-mata mencari nafkah, tidak mengambil peran untuk mengetahui kondisi keluarga yang sebenarnya. Laki-laki cenderung tidak mencari alternatif untuk menyelesaikan problem finansial yang minim seperti halnya wanita.
Selanjutnya, alasan wanita bekerja adalah untuk mengisi waktu dan merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai kesenangan apabila anak-anak sudah memasuki usia sekolah dan mendapat dukungan oleh suami. Hal ini terjadi jika pendapatan suami sudah dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Wanita minang berasumsi bahwa ketergantungan pada suami merupakan titik lemah pada aspek finansial. Pendapatan lebih dapat mengantisipasi kemungkinan buruk yang berdampak pada kondisi ekonomi keluarga seperti kebangkrutan, asuransi,  musibah, dan lain-lain.
Dorongan untuk bekerja juga berasal dari kegigihan wanita minang untuk mendapatkan pendapatan finansial lebih terutama yang berdomisili di kota pekanbaru. Kebutuhan estetika, pendidikan anak, dan kesejahteraan keluarga yang stabil merupakan alasan yang dapat diterima oleh suami untuk mengizinkan istri bekerja.
Dapat disimpulkan bahwa wanita minang bekerja disebabkan oleh faktor:
1.      Kondisi minimnya finansial keluarga
2.      Meningkatkan kesejahteraan keluarga
3.      Kemandirian
4.      Motivasi internal
5.      Kebutuhan estetika  

F.     PEMBAHASAN
Nilai adalah seperangkat pengetahuan yang dijadikan acuan pedoman yang disepakati bersama. Pengetahuan itu dipakai sebagai alasan yang mendasari dan yang mendorong, yang memotivasi, yang menentukan arah pilihan bertindak dan cara bertindak, serta hasil dari tindakan yang dinilai sebagai yang benar atau yang baik, menurut pikiran dan perasaan umumnya warga masyarakat yang bersangkutan. Bundo kanduang, sebutan untuk ibu bagi wanita minang mengandung nilai bahwa ibu yang melahirkan dan mengasuh anak, mendidik dan mengurus semua kebutuhan anak, menyimpan hasil ekonomi, mengurus suami dan rumah tangga dan juga memiliki hak suara dalam musyawarah (dalam lingkungan masyarakat).
Dengan sifat-sifat keibuan ini, wanita minang sarat dengan tanggung jawab dalam hal domestik rumah tangga. Mereka dituntut untuk bisa menjadi teladan, partner suami, dan manager rumah tangga yang harus mencari informasi dan alternatif yang dibutuhkan keluarga termasuk dalam aspek finansial. Jika keadaan ekonomi mengalami penurunan maka wanita harus mengambil peran untuk menstabilkannya. Begitu juga halnya jika kebutuhan finansial sudah tercukupi maka wanita bekerja untuk menjadi partner suami sekaligus mengantisipasi kemungkinan buruk yang terjadi seperti musibah. Musibah yang kemungkinan berdampak pada kondisi ekonomi keluarga.
wanita minang bekerja atas dukungan suami, anak-anak dan keluarga. Dukungan dalam bentuk izin bahwa istri boleh bekerja di luar, pemberian modal untuk berdagang akan tetapi tugas istri di rumah tetap menjadi tanggung jawab istri. Suami tidak mengambil peran dalam menyelesaikan tugas istri di rumah seperti mengurus anak dan rumah tangga. Mayoritas laki-laki minang tinggal bersama ibu jadi tugas istri dibantu oleh sang mertua. Anak-anak dapat mengerti ibu yang bekerja apabila ia sudah memasuki usia sekolah, dalam arti anak sudah dapat melakukan apa yang dia butuhkan seperti makan sendiri, mengganti baju, bermain dana lain sebagainya.
Pekerjaan berdagang yang dilakoni mayoritas ibu minangkabau sangat berperan dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Hal ini ditunjukkan oleh data dari hasil penelitian oleh institut pertanian bogor bahwa pendapatan istri berkontribusi 13% sampai 100%. Jelas bahwa pekerjaan yang dilakoni wanita minang memiliki nilai karena  bukan didasari tanggung jawab melainkan oleh dorongan internal keibuan.
Seperti yang dikatakan oleh Gangsfer dkk (1986) bahwa nilai merupakan aspek kepribadian yang dipandang baik, berguna atau penting dan diberi bobot tertinggi oleh seseorang. Konsep  nilai ini dipakai dalam budaya minang dalam bentuk perilaku bekerja. Sifat keibuan yang mengetahui kebutuhan dan kesejahteraan keluarga menjadikan dorongan internal begitu kuat untuk mewujudkannya. Keluarga yang sejahtera merupakan cita-cita setiap ibu. Jika salah satu aspek dapat mengancam keutuhan keluarga maka ibu akan terdorong untuk mencari pemecahan masalah. Masalah  finansial yang merupakan tanggung jawab suami dalam sistem adat tidak lagi  mampu menopang karena perubahan iklim ekonomi makro. Suami membutuhkan partner dalam menjalankan roda perekonomian.
Nilai tidak memberikan legitimasi bahwa wanita harus bekerja akan tetapi kerja bagi wanita minang memiliki nilai motivasional dan penyesuaian diri menyikapi perubahan iklim keluarga dan lingkungan. Adanya kebutuhan-kebutuhan dan kemungkinan kejadian yang perlu diantisipasi pada aspek finansial. Wanita minang tidak menutup diri untuk melakoni pekerjaan mencari pendapatan nafkah tambahan. Oleh itu wanita minang memiliki keterampilan berdagang, pekerjaan yang tidak hanya mengandalkan keterampilan fisik atau kemampuan berfikir sebagaimana laki-laki.  
Selanjutnya, dorongan internal untuk berkarya sebagai individu merupakan faktor nilai yang menentukan mengapa wanita bekerja. Kerja merupakan bentuk karya wanita minang yang memberi manfaat bagi kesejahteraan pribadi dan keluarga. Pekerjaan domestik rumah tangga sebagai tanggung jawab dimaknai sebatas tanggung jawab, Belum merepresentasikan diri sebagai individu yang punya kelebihan, keteladanan, dan peran penting.
Selain itu, ibu yang juga sebagai wanita memiliki kebutuhan akan estetika. Kesenangan untuk berekreasi, berkreasi, dan memiliki benda-benda seni seperti perhiasan, mode, keinginan untuk memenuhi kebutuhan dengan barang bermerek dan berkualitas yang pasti dengan harga tinggi. Semua itu belum tentu dapat dipenuhi oleh suami. Untuk mewujudkan keinginan tersebut maka alternatif nya adalah wanita harus mendapat kan uang sendiri yakni dengan bekerja.
Perubahan iklim ekonomi pada perkotaan membuat laki-laki dari suku minangkabau memandang bahwa wanita yang bekerja merupakan hal yang wajar. Jadi,  nilai kerja pada wanita minang kabau  sebagai representasi sifat keibuan, bakti terhadap suami, dan kemandirian.   

G.    DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Panji. 2002. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta
Harmaini. 2011. Psikologi Lintas Budaya. Pekanbaru: Suska Press.
Tri Dayaksini, 2004, Psikologi Lintas Budaya, Malang; UMM Press
David Matsumoto, 2004, Pengantar Psikologi Lintas Budaya, Yogyakarta; Pustaka Pelajar




0 komentar:

Posting Komentar