Minggu, 19 Februari 2012

LAPORAN MINI RISET


LAPORAN MINI RISET
“TAK ADA HITAM DI ATAS PUTIH”
STRATEGI KOPING MAHASISWA UIN SUSKA PASCA MEMUTUSKAN HUBUNGAN BERPACARAN









OLEH:
PUTRIANA 







FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2012


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................... 1
BAB I       :      PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG.............................................................. 2
B.     PERUMUSAN MASALAH..................................................... 2
C.      MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN............................... 3
D.     MANFAAT PENELITIAN...................................................... 3
BAB II    : LANDASAN TEORITIS
A.     STRATEGI KOPING.............................................................. 4
B.     HUBUNGAN ANTARPRIBADI........................................      6
C.      GANGGUAN DALAM HUBUNGAN ANTARPRIBADI........ 7
BAB III    :      METODE PENELITIAN
A.     DESAIN PENELITIAN.......................................................... 8
B.     SUBJEK PENELITIAN........................................................... 8
C.      METODE PENGUMPULAN DATA....................................... 8
D.     METODE ANALISIS DATA .................................................. 8
BAB IV    :      PELAKSANAAN PENELITIAN, HASI PENELITIAN,
                 DAN PEMBAHASAN
A.     PELAKSANAAN PENELITIAN............................................. 9
B.     HASIL PENELITIAN........................................................ .... 9
C.      PEMBAHASAN................................................................. .... 12
BAB V      :      PENUTUP
A.     KESIMPULAN.................................................................. .... 14
B.     SARAN-SARAN................................................................. .... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 14
LAMPIRAN





BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
 Pacaran sangat akrab dengan kehidupan remaja. Pacaran menurut remaja adalah suatu ikatan perasaan cinta dan kasih antara dua individu yakni laki-laki dan perempuan untuk menjalin suatu hubungan yang lebih dekat, pada esensinya untuk saling mengenal lebih jauh, untuk membina hubungan saling pengertian dan perhatian atau untuk mencari pasangan hidup yang dianggap cocok. Hubungan sebagai sesuatu yang terjadi bila dua orang saling mempengaruhi satu sama lain, bila yang satu bergantung pada yang lain (Kelly, 1983 dalam Freedman dkk 1985).
Remaja yang memasuki perguruan tinggi atau perkuliahan mendapatkan banyak materi kognitif dan pengalaman yang lebih mendewasakan pola berfikir. Mereka dapat merencanakan masa depan yang lebih realistis. Masa remaja yang transisi mulai terlewatkan. Kondisi emosional dan kognitif yang matang membuat remaja dapat menganalisa hakikat dan mengevaluasi apa yang dilakukannya.
Evaluasi tidak terkecuali pada hubungan keterikatan emosional dengan lawan jenis atau ‘pacar’, dimana pacar merupakan pribadi yang memberi kasih sayang, perhatian, dan selalu menemani dalam kondisi diperlukan. Banyak peran pacar yang dirasakan sehingga menimbulkan rasa keterikatan sesama pihak.
Hubungan berpacaran mendapatkan stigma negatif dalam lingkungan pendidikan maupun masyarakat karena hubungan ini banyak menimbulkan dekadensi moral bagi remaja. Seks pra-nikah banyak terjadi pada hubungan ini. Oleh karena itu, meskipun telah memiliki keterikatan emosional, remaja yang telah menyadari dan memahami dampak negatif tersebut akan memutuskan hubungan berpacaran dengan suatu tekad yang kuat.
B.     PERUMUSAN MASALAH
Penelitian ini menggunakan pertanyaan penelitian:
1.      Apa sebabnya memutuskan pacar?
2.      Bagaimana kondisi psikologis setelah memutuskan pacar?
3.      Bagaimana bentuk strategi koping untuk mengatasi masalah psikologis setelah memutuskan pacar?




C.    MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Psikologi Kualitatif, serta melatih penulis untuk mengadakan riset mini. Riset mini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai penelitian kualitatif.
D.    MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai penelitian kualitatif itu sendiri. Selain itu untuk mengetahui bentuk-bentuk strategi koping bagi mahasiswi khususnya setelah mengambil keputusan untuk memutuskan pacar. Keputusan yang dilandasi oleh motif tertentu bagi memperlancar kuliah dan mencapai impian.
























BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.    Strategi Koping
1.      Pengertian Strategi Koping
Strategi koping adalah upaya, baik secara mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi atau meminimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Dengan kata lain, strategi koping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stress yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapi dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku untuk memperoleh rasa aman dalam dirinya (Mu’tadin, 2002).
Penilaian strategi koping dapat berubah sesuai kondisi dan tingkat masalah yang dihadapi. Menurut lazarus, strategi koping didefinisikan sebagai upaya mengatasi sters, yang memerlukan proses kognitif dan afektif untuk menyesuaikan diri terhadap sters dan bukan memberantas stress (Davidson, Neale, &Kring, 2006: 275).
Menurut Feldman dalam bukunya Understanding Psychology, koping adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan, mengurangi atau belajar untuk mentoleransi ancaman yang dapat menimbulkan sters (Feldman, 1999: 513). Baron dan Byrne (Baron, 2005: 237) mengatakan coping adalah respon-respon terhadap stress dalam cara yang akan mengurangi ancaman dan efeknya, termasuk apa yang dilakukan, dirasakan, atau dipikirkan seseorang dalam rangka menguasai, menghadapi, ataupun mengurangi efek-efek negative dari situasi-situasi penuh tekanan. Kamus Istilah Konseling dan Terapi mendefenisikan koping sebagai berbagai ragam respon spontan yang meredakan rasa tegang individu selama waktu-waktu stress (Mappiare, 2006: 66).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa strategi koping adalah usaha-usaha mental dan perilaku yang dilakukan oleh individu untuk mengendalikan, mengatasi, mengurangi atau mentoleransi berbagai keadaan dan situasi yang dapat menimbulkan tekanan terhadap individu.

2.      Jenis-Jenis Strategi Koping
Menurut Lazarus (1991), dalam menghadapi stress terdapat dua jenis strategi koping yang biasanya digunakan oleh individu yaitu problem-focused coping dan emotion-focused coping (dalam Arianti, 2002: 19) :
a.       Problem-focused coping
Problem-focused coping adalah usaha individu untuk mengurangi atau menghilangkan stress dengan cara  menghadapi masalah yang menjadi penyebab timbulnya stress secara langsung (Lazarus and Folkman, 1980 dalam Diponegoro, 2001: 52). Problem-focused coping mencakup bertindak secara langsung untuk menatasi atau mencari informasi yang relevan dengan solusi. Dalam strategi koping Problem-focused coping individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menibulkan stress (Mu’tadin, 2002).
Menurut Parker dan Endler (1996) ada lima dimensi dalam Problem-focused coping (dalam Arianti, 2002: 20-22), yaitu:
1        Perilaku aktif mengatasi stress (active coping) adalah proses pengambilan langkah aktif untuk mencoba memindahkan atau menghilangkan sumber stress untuk mengurangi akibatnya.
2        Perencanaan (planning) melibatkan pemikiran ke masa depan dengan strategi tindakan tentang langkah yang akan diambil untuk mengatasi masalah.
3        Penekanan kegiatan lain (suppression of competing activities) adalah pembatasan ruang gerak atau aktivitas diri yang tidak berhubungan dengan masalah agar dapat berkonsentrasi penuh pada masalah yang sedang dialami.
4        Pengendalian perilaku mengatasi stress (restrain coping) adalah latihan mengendalikan dengan menunggu kesempatan yang tepat untuk bertindak, menahan respon individu atau tidak bertindak terlalu cepat.
5        Mencari dukungan social berupa bantuan (seeking support for instrumentall reasons) dengan alasan mendapatkan cara mengatasi masalah.
b.      Emotion-focused coping
Emotion-focused coping adalah usaha individu untuk mengurangi atau menghilangkan stress yang dirasakannya tidak dengan menghadapi secara langsung tetapi lebih pada usaha untuk mmpertahanan keseimbangan afeksinya (Lazarus and Folkman, 1980 dalam Diponegoro, 2001: 52). Emotion-focused coping merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negative terhadap stress. Dalam Emotion-focused coping, individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampakk yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan (Mu’tadin, 2002).
Menurut Parker dan Endler (1996) ada lima dimensi dalam Emotion-focused coping (dalam Arianti, 2002: 23-24), yaitu:
1.      Mencari dukungan social untuk alasan emosional (seeking support for emotional reasons) adalah mendapat dukungan moral, simpati dan pemahaman.
2.      Interpretasi kembali secara positif dan pendewasaan diri (positive interpersonal and growth) bertujuan untuk lebih mengendalikan emosi-emosi yang tidak menyenangkan daripada menghadapi sumber stress secara langsung.
3.      Penolakan (denial)diartikan sebagai ketidakmauan untuk mempercayai ada sumber stress atau mencoba untuk bertindak seolah-olah sumber stress tidak nyata.
4.      Penerimaan (acceptance) adalah sesuatu yang harus diterima namun belum tentu pada keadaan dimana sumber stress tersebut mudah diubah.
5.      Berpaling pada agama (turning to religion) yaitu agama merupakan sumber dukungan emosi.
Menurut Lazarus and Folkman (1984, dalam Mu’tadin, 2002), individu menggunakan kedua strategi koping ini untuk mengatasi berbagai masalah yang  menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari. Proporsi penggunaan kedua strategi ini relative bervariasi tergantung pada bagaimana penilaian individu terhadap situasi yang sedang dihadapinya.
Pada umumnya jika individu merasa yakin dengan sumber daya yang dimilikinya dan menilai situasi yang dihadapinya dapat dikendalikan dan diatasinya, maka ia akan cenderung menggunakan problem-focused coping, tetapi jika individu merasa tidak dapat mengubah situasi yang menekan dan hanya dapat menerima situasi tersebut karena sumber daya yang dimilikinya tidak cukup untuk menghadapi situasi tersebut maka ia cenderung akan menggunakan bentuk emotion-focused coping. Selain itu, Lazarus dan Folkman (1984) juga menambahkan bahwa individu paa umumnya menggunakan  problem-focused copingjika menghadapi masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan menggunakan emotion-focused coping jika menghadapi masalah yang berkaitan dengan kesehatan (Arianti, 2002: 25).

3.      Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Koping
Factor yang mempengaruhi strategi koping yag dipilih oleh individu (Mu’tadin, 2002), antara lain adalah:
a.       Kesehatan fisik. Kesehatan merupakan hal yang penting karena selama dalam usaha mengatasi stress individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.
b.      Keyakinan atau pandangan (locus of control). Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting. Misalnya keyakinan akan nasib (locus of control external) yang mengarahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi koping dengan tipe problem-focused coping.
c.       Keterampilan memecahkan masalah (problem solving). Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, enganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternative tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut dengan hasil yang ingin dicapai, dan akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
d.      Keterampilan sosial. Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai social yang berlaku di masyarakat.
e.       Dukungan sosial. Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang  tua, anggota keluarga lain, saudara, teman dan lingkungan masyarakat sekitar.
f.       Materi. Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.
B.     Hubungan Antarpribadi Remaja
Bila dua manusia menjalin suatu hubungan (relationship), kehidupan mereka akan saling terjalin satu dengan yang lain. Apa yang dilakukan oleh yang satu akan mempengaruhi yang lainnya. Orang lain dapat membuat kita sedih atau gembira, menceritakan kabar burung yang terbaru atau mengkritik pendapat kita, membantu kita melakukan sesuatu, memberikan nasihat atau saran kepada kita, memberi kita hadiah atau malah membuat kita kehabisan uang. Pada contoh-contoh di atas, tergambar adanya beberapa faktor yang berperan dalam suatu hubungan, yaitu keyakinan, perasaan, dan perilaku. Berdasarkan hal itu kita dapat mendefenisikan hubungan sebagai sesuatu yang terjadi bila dua orang saling mempengaruhi satu sama lain, bila yang satu bergantung pada yang lain (Kelly, 1983 dalam Freedman dkk 1985).
Remaja yang berlainan jenis kelamin, hubungan teman dekat dapat (walaupun tidak selalu) berkembang menjadi hubungan romantis. Pasangan dalam hubungan romantis adalah orang yang dirasakan paling dekat (Bersceid dkk, 1989). Jika hubungan sudah beitu dekatnya, orang dapat saling memasukkan ke dalam dirinya masing-masing (Inclusion of other in the self/IOS)(Aron, Aron & Smollan, 1982). Dalam keadaan ini kedua orang rasanya tak dapat dipisahkan lagi dan lahirlah puisi-puisi atau tembang-tembang yang indah mengenai hubungan mereka. (“kalau aku jadi kumbang, abang jadi kumbangnya”). Pada umumnya hubungan romantis ini disebut hubungan cinta oleh remaja.
Ciri hubungan romantis adalah cinta yang membara (passionate love). Cinta seperti ini ditandai oleh kecenderungan untuk terus menerus tidak dapat melupakan pasangannya, baik dalam pikiran, ucapan maupun perbuatan. Pacar itu (sasaran cinta) juga dinilai selalu positif, selalu sempurna. Kekurangan sedikit-sedikit (seperti gigi gingsul, mata sipit sebelah atau malas mandi, atau agak cerewet) justru dipandang sebagai penambah kesempurnaan sang pacar. Padahal, kalau sudah tidak cinta lagi akan menjadi sumber kritik. Cinta yang membara juga ditandai dengan hasrat seksual, mudah terangsang secara fisik, selalu ingin bersama, tidak mau memikirkan kalau harus berpisah dan selalu ingin berbalas cinta (Hatfield, 1988).   
C.    GANGGUAN PADA HUBUNGAN ANTARPRIBADI REMAJA
Hubungan cinta romantis sering tidak bertahan lama karena adanya gangguan. Gangguan dapat berupa rasa tidak puas pada salah seorang atau kedua pihak dari pasangan hubungan romantis. Gangguan dalam membina hubungan sosial berupa:
1.      Kerugian
Kerugian merupakan konsekuensi negatif dari suatu hubungan. Hubungan bisa mendatangkan kerugian, misalnya karena memakan waktu dan tenaga terlampau banyak, karena banyak menimbulkan pertentangan, karena orang lain tidak menyetujui hubungan itu, dan sebagainya. Hubungan juga dianggap merugikan bila menutup peluang untuk mengikuti kegiatan yang bermanfaat misalnya akhir pekan dihabiskan untuk jalan bareng bersama pacar, yang berarti pada saat yang sama individu bersangkutan tidak mungkin belajar atau mengunjungi sanak saudara (freedman dkk, 1985).
2.      Mengevaluasi hasil
Orang menggunakan beberapa tolok ukur untuk menilai hasil suatu hubungan. Tolok ukur yang paling sederhana adalah dengan melihat apakah hubungan itu menguntungkan atau merugikan. Biasanya individu cenderung mencari hasil akhirnya saja, apakah resultan dari hubungan itu menguntungkan (ganjaran melebihi kerugian) atau merugikan (kerugian melebihi ganjaran).
3.      Konflik
Konflik yang terjadi pada hubungan remaja / mahasiswa adalah konflik di sekitar norma dan peran. Misalnya, salah satu pihak tidak mengerti akan cita-cita dan kehendak pasangannya.


BAB III
METODE PENELITIAN
A.    DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan strategi koping remaja putri / mahasiswi yang memutuskan hubungan dengan lawan jenis dengan alasan tidak ingin berpacaran lagi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang merupakan desain penelitian yang bersifat alamiah, dalam arti peneliti tidak berusaha memanipulasi seting penelitian, melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena.
Alasan menggunakan metode penelitian kualitatif adalah berdasarkan pendapat Alsa (2003) yaitu penelitian kualitatif umumnya dipakai apabila peneliti tertarik untuk mengeksplorasi dan memahami satu fenomena sentral, seperti proses atau peristiwa.
Data yang muncul dalam penelitian kualitatif ini berbentuk kata-kata, dan bukan rangkaian angka. Cara-cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah dengan melakukan wawancara langsung dan tak langsung.
B.     SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian adalah 2 orang remaja / mahasiswi UIN SUSKA yang tidak lagi memiliki hubungan dengan lawan jenis / berpacaran.
C.    METODE PENGUMPULAN DATA
1.      Wawancara langsung
2.      Wancara tak langsung
D.    METODE ANALISA DATA
Tehnik analisis data kualitatif dilakukan sesuai dengan pendekatan studi kasus, sehingga analisis data yang digunakan dengan cara menelaah jawaban-jawaban yang dikumpulkan yang dapat didapat dari subjek penelitian. Jawaban-jawaban tersebut diorganisir dengan cara mengidentifikasikan dan mengkategorisasikan sesuai dengan tujuan-tujuan penelitian. Hal ini sesuai dengan langkah pokok penelitian studi kasus yang diungkapkan oleh Sudjarwo (2001).







BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
A.    PERSIAPAN PENELITIAN
Langkah awal dari penelitian ini adalah mengumpulkan dan mempelajari sejumlah literature baik dari buku, jurnal maupun artikel yang berkaitan dengan topik strategi koping remaja yang memutuskan hubungan berpacaran. Sebelum peneliti melakukan penelitian maka terlebih dahulu mempersiapkan instrumen yang digunakan yaitu, alat perekam, pedoman wawancara, dan instrumen lainnya untk menunjang kelancaran jalannya penelitian. Kemudian peneliti mencari subjek yang memenuhi kriteria.
B.     PELAKSANAAN PENELITIAN
Peneliti menjalin komunikasi yang baik guna memperlancar proses penelitian. Kemudian peneliti memilih tempat yang sesuai untuk  melakasanakan wawancara agar partisipan tidak bias dan bebas bercerita. Penelitian berlangsung mulai dari tanggal 3 januari sampai 15 januari 2012.
Sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat janji untuk mengadakan wawancara dengan subjek dan mengambil data pribadi yang diperlukan.
C.    HASIL PENELITIAN
Hasil pengumpulan data yang menggunakan metode wawancara, peneliti melakukan pemilahan kategorisasi dari setiap responden. Masalah-masalah psikologis remaja/ mahasiswa yang memutuskan hubungan berpacaran berkaitan dengan rasa bersalah dan kesepian.
Selanjutnya diperoleh data sebagai berikut:
3.      Masalah-masalah psikologis pasca memutuskan pacar
Responden: MD
§  Aktivitas apa yang menyenangkan saudari ?
Mengamati dan berinteraksi dengan hal-hal yang bersifat ilmiah
§  Apa yang ingin saudari capai dalam hidup ?
Kesuksesan. (menjadi wanita mandiri dalam aspek ekonomi dan memperoleh pasangan hidup yang baik, menjalin hubungan baik dengan lingkungan sosial)
§  Bagaimana pendapat saudari apabila ada pertanyaan mengapa tidak berpacaran ?
Karena berpacaran lebih banyak membawa dampak negatif dalam kehidupan saya dan pacaran bukan jaminan memperoleh pasangan hidup yang tepat.
§  Menurut saudari, berhakkah anda memutuskan pacar tanpa ada perselisihan? Patutkah hal itu terjadi?
Tidak, saya berhak memutuskan pacar, perselisihan pasti ada meskipun sedikit.
§  Bagaimana pandangan saudari tentang pacaran ?
Pacaran merupakan hal yang pada umumnya dipandang sebagai masa pengenalan / pencarian pasangan hidup tapi sekaligus menjadi hal yang lebih banyak dampak negatifnya dan dilarang agama.
§  Apa saja masalah yang dihadapi pasca memutuskan pacar ?
Kesepian, munculnya rasa bersalah yang tidak hanya berasal dari diri sendiri namun juga teman-teman mantan saya yang tidak mendukung keputusan saya dengan cara memberikan komentar-komentar yang dapat memojokkan saya.
§  Apakah saudari tetap dihargai pacar setelah memutuskannya ?
Tetap dihargai namun butuh waktu.
§  Siapakah yang memotivasi atau hal apa yang mendasari tindakan saudari memutuskan pacar ?
Keluarga, pengetahuan agama dan keputusan / pertimbangan yang matang dan objektif.
§  Apakah saudari memiliki hambatan setelah memutuskan pacar ?
Iya
§  Menurut saudari, apakah hubungan berpacaran harus dilanggengkan layaknya pernikahan?
Tidak. Karena berpacaran hanya merupakan tahap pengenalan terhadap pribadi masing-masing meskipun hanya 50% atau kurang 50%. Tidak ada ikatan yang sah baik dari segi hukum atau agama yang ada hanya ikatan hati!!
§  Apa yang saudari rasakan setelah memutuskan pacar ?
Kesepian dan hidup lebih tidak terikat
4.      Strategi koping yang digunakan untuk mengatasi rasa bersalah dan kesepian
§  Menurut saudari, kualitas diri atau potensi apa yang harus dikembangkan seorang perempuan lajang ?
Sesuai dengan potensi masing-masing. Tapi tidak lebih banyak bergantung pada laki-laki khususnya (harus mandiri).
§  Bagaimana saudari menanggapi keputusan sendiri ?
Harus siap dengan semua resiko dari keputusan saya
§  Bagaimana saudari menghadapi hambatan dalam keseharian berkaitan dengan ketidakhadiran pacar ?
Menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif. Ex: belajar, organisasi,dll.
§  Apa yang akan saudari lakukan menghadapi stigma pacar yang mungki berprasangka negatif ?
Memberikan beberapa alasan yang objektif berkaitan dengan keputusan saya dan seiring berjalannya waktu dia akan memahami / menghargai keputusan saya.
§  Bagaimana menghadapi rasa kesepian setelah tidak berpacaran lagi?
Sama seperti jawaban point ke 3
§  Bagaimana saudari menghadapi sikap mantan pacar ?
Berusaha memahami sikapnya yang tidak bertentangan dengan keputusan saya. Tapi jika bertentangan saya akan mengabaikan.
§  Bagaimana anda membangun komunitas (kelompok sosial)/dukungan sosial dalam kondisi pasca memutuskan pacar?
Lebih banyak bersosialisasi dengan semua kelompok tidak terkecuali komunitas mantan
§  Bagaimana saudari mempersiapkan diri untuk masa depan?
Merencanakan target dan langkah-langkahnya dan hidup harus optimis, harus yakin bahwa keputusan adalah langkah untuk mencapai tujuan.
§  Bagaimana saudari menghilangkan rasa kesepian ?
Fokus dengan target. Banyak menyibukkan diri dan menghindarkan diri dari semua hal yang berhubungan dengan masa lalu
Responden: PE
1.      Masalah-masalah psikologis pasca memutuskan pacar
§  Aktivitas apa yang menyenangkan saudari ?
Kuliah, berorganisasi, jalan-jalan, nobrol.
§  Apa yang ingin saudari capai dalam hidup ?
Kebahagiaan di dunia dan akhirat
§  Bagaimana pendapat saudari apabila ada pertanyaan mengapa tidak berpacaran ?
Ya dijelaskan bahwa agama Islam tidak ada menganjurkan berpacaran melainkan menjauhi zina.
§  Menurut saudari, berhakkah anda memutuskan pacar tanpa ada perselisihan? Patutkah hal itu terjadi?
Ya, patut karena punya alasan tersendirilah
§  Bagaimana pandangan saudari tentang pacaran ?
Tak baik.
§  Apa saja masalah yang dihadapi pasca memutuskan pacar ?
Biasa saja, hidup lebih nyantai dan bebas
§  Apakah saudari tetap dihargai pacar setelah memutuskannya ?
Iya, pastinya karena kita harus pandai menyikapinya.
§  Apakah saudari memiliki hambatan setelah memutuskan pacar ?
Tidak
§  Menurut saudari, apakah hubungan berpacaran harus dilanggengkan layaknya pernikahan?
Tidak, hanya perlu komitmen dan saling menjaga dan menjalankan batasan-batasan dengan hati pacar
2.      Strategi koping yang digunakan untuk mengatasi rasa bersalah dan kesepian
§  Menurut saudari, kualitas diri atau potensi apa yang harus dikembangkan seorang perempuan lajang ?
Kemampuan dalam persiapan memasuki mahligai rumah tangga
§  Bagaimana saudari menanggapi keputusan sendiri ?
Yakin. Karena sudah punya prinsip
§  Bagaimana saudari menghadapi hambatan dalam keseharian berkaitan dengan ketidakhadiran pacar ?
Hanya tidak ada yang care sepenuhnya seperti pacar.
§  Apa yang akan saudari lakukan menghadapi stigma pacar yang mungki berprasangka negatif ?
Kembalikan saja, terserah kepada pacar itu mau menanggapi apa.
§  Bagaimana menghadapi rasa kesepian setelah tidak berpacaran lagi?
Melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk mengisi waktu, ikut organisasi, jalan bersama teman-teman.
§  Bagaimana saudari menghadapi sikap mantan pacar ?
Bersikap seperti biasa saja karena semua telah berakhir.
§  Bagaimana anda membangun komunitas (kelompok sosial)/dukungan sosial dalam kondisi pasca memutuskan pacar?
Saya memilih lingkungan yang baik dan kondusif untuk mendukung prinsip saya.
§  Bagaimana saudari mempersiapkan diri untuk masa depan?
Melakukan yang terbaik di masa sekarang ini. Berbuat baik, menjauhi hal-hal buruk, main yoga, untuk tubuh yang baik, belajar masak, dll.
§  Bagaimana saudari menghilangkan rasa kesepian ?
Berjalan-jalan dengan teman-teman, cerita-cerita, dll.

Hasil penelitian dari strategi koping diperoleh data bahwa terdapat beberapa strategi koping yang dimiliki oleh remaja / mahasiswi yang memutuskan hubungan berpacaran. Yaitu strategi menghadapi masalah yang berorientasi pada masalah dan emosi.
D.    PEMBAHASAN
Hubungan antarpribadi remaja khususnya yang berlawanan jenis melibatkan emosi keterikatan seperti suami istri. Hubungan ini memiliki passionate love (cinta romantis) pada awal hubungan namun akan cepat berakhir jika satu pihak atau keduanya mengalami konflik. Konflik terjadi karena adanya kejenuhan dari hubungan yang monoton, ketidakjelasan arah hubungan, dan adanya motivasi untuk mencapai cita-cita. Hubungan passionate love (hubungan tanpa status) ini diyakini menghambat pencapaian cita-cita.
Evaluasi mengenai kerugian waktu dan materi memperkuat keputusan untuk mengakhiri hubungan passionate love ini. Walaupun keterikatan emosional berat untuk dilepaskan, adanya prinsip dapat mengatasi rasa bersalah tersebut. Prinsip yang dimaksud adalah tidak lagi menganggap pacaran itu sebuah kebutuhan emosi akan tetapi pacaran merupakan hal yang tak baik. Pacaran memiliki dampak negatif lebih daripada dampak positif.
Remaja yang telah memasuki dunia perkuliahan lebih mengedepankan pemikiran logis ketimbang emosional semata. Remaja yang kuliah atau mahasiswa lebih banyak berinteraksi dengan berbagai individu dan latabelakang budaya. Interaksi ini memberikan pengalaman yang membuka wawasan atau referensi untuk berani melakukan atau membuat keputusan. Keputusan untuk memutuskan pacar dimaksudkan untuk membebaskan diri dari ‘kekangan’ pacar yang dinilai tak lagi penting.
Memutuskan pacar menimbulkan masalah emosional yang membutuhkan waktu dan proses untuk menstabilkan kembali. Diantara masalah emosional adalah rasa bersalah, kesepian, rasa kehilangan, ketiadaan perhatian dan adanya sikap pacar yang negatif. Sikap pacar ditanggapi dengan menjelaskan kronologi pengambilan keputusan atau diam jika sikap pacar itu dinilai tak wajar.
Masalah-masalah emosional seperti rasa kesepian, rasa bersalah, dan ketiadaan perhatian diatasi dalam bentuk menyibukkan diri di organisasi, fokus pada kuliah, meningkatkan religiusitas, berkumpul dengan teman-teman, dan memilih lingkungan kondusif.
Proses menstabilkan membutuhkan usaha dan waktu yang lama. Kenangan tentang pacaran dapat mengusik konsentrasi dalam belajar. Rasa kesepian dan ketiadaan perhatian membuat subjek merindukan mantan pacarnya. Strategi koping yang digunakan adalah dengan memikirkan kembali keputusan yang telah dibuat, mengevaluasi hasil berpacaran banyak merugikan waktu dan materi, serta menyadari bahwa pacaran itu dilarang oleh agama dan tak ada izin dari orang tua.






















BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Memutuskan hubungan berpacaran dilandasi dengan pemikiran logis bahwa berpacaran akan menghambat pencapaian cita-cita dan memiliki dampak negatif lebih daripada dampak positif. Masalah-masalah psikologis yang timbul setelah remaja memutuskan pacar adalah rasa bersalah, rasa kesepian, muncul kenangan tentang pacar, rasa rindu, ketiadaan perhatian dan adanya sikap pacar yang negatif. Hal tersebut dapat diatasi dengan strategi koping dalam bentuk menyibukkan diri di organisasi, fokus kuliah, memilih lingkungan baru dan meningkatkan religiusitas.

B.     SARAN-SARAN
Penelitian ini kekurangan subjek yang memenuhi kriteria. Peneliti disarankan untuk mencari responden di luar wilayah penelitian ini di ambil agar lebih memperkaya informasi dan pemahaman dari banyaknya pengalaman orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Freedman Dkk. 2006. Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Wade, Carol & Wave, Carol. 2007. Psikologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Nesfvi, Indria. 2008. Hubungan Antara Locus Of Control Dengan Strategi Koping Wanita Menopause Di Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru. Skripsi.












LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pertanyaan awal:
1.      Apa sebabnya memutuskan pacar?
2.      Bagaimana kondisi psikologis setelah memutuskan pacar?
3.      Bagaimana bentuk strategi koping untuk mengatasi masalah psikologis setelah memutuskan pacar?
Panduan wawancara
Karakteristik responden
a.       MD
1.      Inisial                       : MD
2.      Ttl                            :tembilahan, 5 mei 1990
3.      Asal daerah              : tanjung batu, karimun
4.      Anak ke                   : 2
5.      Jumlah saudara        : 2
6.      Alamat                     : gg sepakat jl. Garuda sakti
7.      Jurusan                     : Pendidikan kimia, fakultas tarbiyah
b.      PE
1.      Inisial                       : PE
2.      Ttl                            :pelalawan, 12 juni 1991
3.      Asal daerah              : pelalawan
4.      Anak ke                   : 3
5.      Jumlah saudara        : 4
6.      Alamat                     : jl. Rajawali
7.      Jurusan                     : psikologi
Daftar pertanyaan berkaitan dengan masalah pasca memutuskan pacar
1.      Aktivitas apa yang paling menyenangkan saudari ?
2.      Apa yang ingin saudari capai dalam hidup ?
3.      Bagaimana pendapat saudari apabila ada pertanyaan mengapa tidak berpacaran ?
4.      Menurut saudari, berhakkah saudari memutuskan pacar tanpa perselisihan sebelumnya?
5.      Bagaimana pandangan saudari tentang pacaran ?
6.      Apa saja masalah yang dihadapi pasca memutuskan pacar?
7.      Apakah saudari tetap merasa dihargai pacar dan orang lain setelah memutuskannya?
8.      Apakah saudari memiliki hambatan setelah memutuskan pacar?
9.      Menurut saudari apakah hubungan berpacaran harus dilanggengkan layaknya perkawinan?
Daftar pertanyaan berkaitan dengan strategi koping
1.      Menurut saudari, kualitas diri atau potensi diri apa yang harus dikembangkan seorang perempuan lajang?
2.      Bagaimana saudari menanggapi keputusan sendiri?
3.      Bagaimana saudari menghadapi hambatan dalam keseharian berkaitan dengan ketidakhadiran pacar?
4.      Apa yang akan dilakukan saudari menghadapi stigma pacar?
5.      Bagaimana menghadapi rasa kesepian saudari?
6.      Bagaimana saudari menghadapi sikap pacar setelah memutuskan hubungan?
7.      Bagaimana saudari membangun komunitas (kelompok sosial) / dukungan sosial dalam kondisi ini ?
8.      Bagaimana saudari mempersiapkan diri untuk masa yang akan datang?
9.      Bagaimana saudari menghilangkan rasa kesepian?

                       

3 komentar:

  1. Saran. Untuk Kedepannya mohon sediakan Link Pdf atau Doc untuk mempermudah Penyimpanan. Terimakasih

    BalasHapus
  2. Terimakasih. Memang agak ribet kalo membuka melalui smartphone, sayangnya file ini ter block dihardisk yg rusak. semoga tugas nya selesai dg baik..

    BalasHapus
  3. Terimakasih. Memang agak ribet kalo membuka melalui smartphone, sayangnya file ini ter block dihardisk yg rusak. semoga tugas nya selesai dg baik..

    BalasHapus