Sabtu, 10 Maret 2012

someone learner


Kau dan aku belajar hari ini
Kau mengerti, aku tidak
Esok baru kupahami, tapi kau yang lupa
Bahwa ‘kau’ lah guru yang telah mengajari*
Bait di atas adalah ungkapan untuk kawan-kawan dalam bahtera ‘pidisi’ dan psikologi. Bak kata pepatah “sahabat adalah cermin pribadi” maka tanpa anda saya tak punya muka J ... hahah ga begitu, siapapun butuh ‘cermin’ untuk melihat apakah dia tetap cantik dan ganteng, apakah penampilan anda sudah rapi dan menarik, apakah sudah menyamai manisnya Dian Sastro atau seganteng Lee Min Ho? Tentu saja. Tapi selayaknya mahasiswa segala hal adalah belajar, cermin membantu anda yang sangat pemalu untuk tanpil percaya diri. Nah, inilah cermin yang saya maksud. Cermin untuk berlatih acting, berekspresi, dan melihat gaya anda. Teman adalah tempat anda belajar tanpa rasa malu, tanpa rasa sungkan, dan juga gratiss (inilah syurga sebelum syurga, karena keikhlasan telah mengontraknya, makin banyak ngontrak dapat bonus ke syurga yang sungguhan).
Teman bisa mengkritik, mendorong dan memotivasi. Teman juga sebagai lawan kompetisi yang paling asik. Kehadiran merekalah mencipta pengkondisian bagi perkembangan anda, ocehan mereka yang memicu, dorongan yang cerewet, serta senyum semangat yang menambah ilmu dan tenaga. Sungguh, harga sosial yang sangat mahal.
Kembali ke laptop, terlalu panjang jika bercerita soal teman. Teman bisa di dapat kapan dan dimana saja. pertanyaannya, apakah cukup berteman dengan orang-orang yang sama dalam wadah yang sama pula? Jika demikian tidak salah jika akhirnya kita berkembang menjadi pribadi yang kaku, sulit untuk merubah cara pandang. Sulit untuk menerima kebenaran apalagi mensinkronkan dengan realita.
Saya terpaku ketika mendapat undangan untuk memberi hak suara pada pemilu himpunan mahasiswa dari daerah. Tanpa penjelasan apa misi dan visi, CV kandidat, dan lainnya yang dapat dijadikan pertimbangan. Merasa geli dengan sistem pemilihan karena siapa yang menyangka kalau separuh pemilih tidak mengenal siapa calonnya. ini adalah pembelajaran demokrasi yang bobrok. terlepas dari tujuan dan motif mereka membentuk organisasi, namun jika saja mengerti prinsip-prinsip untuk membentuknya maka siapa yang berperan pasti menghasilkan ‘output SDM’ yang siap pakai dimana saja.
Saya berfikir, mungkin inilah penyebab kurang kritisnya saya di pidisi. Becoz pembelajaran di dalamnya sangat pas meski belum efektif. Semua sejalan, sepikiran, sedinamika, apalagi yah, jika ada persoalan diselesaikan dengan musyawarah, dengan mufakat.
Begitulah bahtera pidisi, mengapa banyak orang menjadi nyaman karena solusi yang ditawarkan berintegritas dan bersolidaritas. Meski ada kompetisi tapi tak ada permusuhan, tak ada konflik yang berarti. Kita bisa sepakat, kita bisa mufakat dengan satu simbol, satu harapan. Allah ghayatuna...
saya sambung lagi ya,
itulah inti dari kisah setelah keluarnya diri dari bahtera, mencari rantau baru yang belum dikenal. barangkali apa yang anda pelajari hari ini belum bisa anda pahami, tapi yakinlah jika pengalaman tak ada yang sia-sia maka sebuah pembelajaran lebih berarti dari mendapatkan pengalaman. karena ia-nya merupakan racikan yang bukan sekedar memenuhi arsip memeori akan tetapi lihainya nalar dalam menanggapi persoalan. slamat belajar di bahtera 'pidisi..

salam kenal (kalo blm kenal), salam hangat buat kawan2..
putriana lahir di kuala kampar bulan maret 20 tahun yg lalu. angkatan 2009 psikologi.. mau share dengan saya sila klik dan kirim ke anna.fansury@gmail.com

0 komentar:

Posting Komentar