NILAI KERJA PADA WANITA MINANGKABAU
Putriana / 10961005439
Fakultas Psikologi, A-V
2012
A. PENDAHULUAN
BUNDO
KANDUANG, WANITA MINANGKABAU
Bundo kanduang adalah panggilan terhadap
golongan wanita minangkabau. Bundo berarti ibu, kanduang berarti sejati. Bundo
kanduang merupakan ibu sejati yang memiliki sifat-sifat keibuan dan
kepemimpinan.
Wanita adalah tempat menarik tali
keturunan manusia di minangkabau yang disebut matrilineal. Hal ini karena
ibulah menurut keturunan alam takambang jadi guru yang dijadikan oleh yang maha
kuasa yang menyimpan pranatal, yang melahirkan dan beberapa proses yang maha
penting kemudian disambut oleh tugas-tugas keibuan setelah dilahirkan.
Keutamaan bundo kanduang
1.
Keturunan ditarik dari garis ibu. Yakni
pengantara keturunan yang harus memelihara diri serta mendudukkan diri dengan
aturan adat dan agama islam, membedakan halal dan haram dalam hal makanan serta
perbuatan lahiriah.
2.
Rumah tempat kediaman. Diutamakan untuk
wanita.
3.
Sumber ekonomi diutamakan untuk wanita.
4.
Yang menyimpan hasil ekonomi adalah
wanita.
5.
Wanita mempunyai hak suara dalam
musyawarah. Misalnya, setiap keputusan yang telah diperoleh dalam rapat bersama
kaum laki-laki dalam suatu kaum, dapat dilaksanakan kalau kaum wanita belum
menyepakatinya.
Sifat-sifat bundo
kanduang:
1.
Bersifat benar. Perkataan, perbuatan,
dan tingkah laku
2.
Bersifat jujur, dipercaya lahir dan
bathin
3.
Bersifat cerdik. Mudharat jo mufaat,
mangana labo jo rugi, mangatahui sumbang jo salah, tahu di unakka manyangkuik,
tahu di rantiang ka mancucuak, ingek di dahan ka mainpok, tahu di angin nan
basemik, arih diombak nanbasabuang, tahu di alamat katosampai.
4.
Pandai berbicara. Karena dia seorang
yang berfungsi pendidik di dalam rumah tangga dan keluarga.
5.
Mempunyai sifat malu ibarat ros berduri.
Mencegah perbuatan melanggar adat dan syarak.
Bundo kanduang menjadi sosok utama dalam
sistem kekerabatan matrilineal suku minangkabau. Peran ini pastinya memiliki
implikasi psikologis bagi para wanita minang. Peran sebagai ibu, pengajar,
teladan, serta hak-hak dalam rumah tangga seperti menuntut wanita minang untuk
survive. Survive dalam arti kemandirian diperlukan agar dapat menjalankan semua
peran tersebut.
B. TUJUAN
PENELITIAN
Penelitian
ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mid semester, serta melatih penulis
untuk mengadakan studi deskriptif. Studi ini diharapkan dapat memberi gambaran
mengenai perilaku individu dalam lintas budaya.
C.
KONSEP
PENGERTIAN
NILAI
Nilai adalah seperangkat pengetahuan
yang dijadikan acuan pedoman yang disepakati bersama. Pengetahuan itu dipakai
sebagai alasan yang mendasari dan yang mendorong, yang memotivasi, yang
menentukan arah pilihan bertindak dan cara bertindak, serta hasil dari tindakan
yang dinilai sebagai yang benar atau yang baik, menurut pikiran dan perasaan
umumnya warga masyarakat yang bersangkutan. Kebudayaaan adalah keseluruhan
pengetahuan yang telah diterima dan diberlakukan umum sebagai pedoman dalam
bertindak di dalam interaksi sosial dan untuk merencanakan, melaksanakan, dan
menghasilkan karya-karya dalam kerangka memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai
makhluk sosial secara beradab.
Dalam kehidupan bermasyarakat manusia,
sistem nilai budaya secara universal berorientasi kepada lima masalah dasar
dalam kehidupan manusia. Kelima masalah dasar itu ialah menyangkut: hakikat
hidup, hakikat karya, persepsi manusia tentang waktu, pandangan manusia
terhadap alam dan hakikat hubungan antar manusia (samovar dkk, 2010). Makna dari
orientasi nilai budaya itu adalah untuk: (Samovar dkk, 2010)
1. Merepresentasikan
dunia angan yang ingin dicapai.
2.
Mengarahkan yang bersangkutan melakukan
sesuatu sebatas yang diinginkan.
3.
Memantabkan perasaan bahwa diri yang
bersangkutan telah berbuat seperti apa yang diangankan.
Menurut Rokeach (dalam Harmaini, 2010)
bahwa nilai adalah keteguhan pendirian seseorang tentang bagaimana ia harus
bertindak dan memperjuangkan tujuan-tujuannya. Nilai merupakan kepercayaan yang
dapat memberikan penilaian atau mengevaluasi apakah sesuatu itu benar atau
salah, baik atau buruk, diinginkan atau tidak diinginkan.
Dari perspektif psikologis seperti yang
dikemukakan oleh Gangsfer dkk (1986) bahwa nilai merupakan aspek kepribadian
yang dipandang baik, berguna atau penting dan diberi bobot tertinggi oleh
seseorang. Maka nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang dianggap baik,
berguna atau penting dan diberi bobot tertinggi oleh individu atau kelompok dan
menjadi referensi dalam bersikap serta berperilaku dalam hidupnya.
Nilai dalam budaya dapat dijadikan
sebagai variabel bebas terhadap perilaku. Nilai sama fungsi psikisnya seperti
sikap, kebutuhan-kebutuhan, motif-motif dan sebagainya yang mempunyai dampak
luas terhadap hampir semua aspek perilaku manusia dalam konteks sosialnya.
Nilai
diterjemahkan dalam tindakan. Bahwa ada suatu kepercayaan yang menimbulkan
suatu nilai, nilai akan membentuk sikap dan sikap akan berbentuk sebuah
perilaku. Misalnya apabila kita percaya bahwa status ekonomi akan melanggengkan
suatu keluarga maka kita akan menilai bahwa stabilitas finansial sebagai hal
yang menolong. Kita akan memiliki perilaku positif terhadap wanita yang bekerja
daripada wanita yang tidak bekerja.
Sifat
nilai
Rokeach mengemukakan ada dua sifat nilai yaitu:
a.
Nilai instrumental : nilai moral dan
niai kompetensi. Nilai moral berkaitan dengan cara bertingkah laku, sedangkan
nilai kompetensi atau aktualisasi diri lebih bersifat personal dan kurang
terkait dengan moralitas. Perilaku jujur dan bertanggung jawab, mendorong orang
merasa bahwa ia bermoral, sedang berperilaku logik, cerdas dan imajinatif
mendorong orang merasa bahwa ia kompeten.
b.
Nilai terminal: personal apabila ia
dipusatkan pada diri sendiri dan bersifat
sosial apabila dipusatkan pada masyarakat.
Fungsi
nilai:
Rokeach (1973) membagi nilai ke dalam 5 fungsi
yaitu:
1.
Nilai sebagai standar. Nilai sebagai
standar yang menunjukkan tingkah laku berbagai cara seperti membawa individu
untuk mengambil posisi khusus dalam masalah sosial, mempengaruhi individu dalam
memilih idiologi politik maupun agama.
2.
Nilai sebagai nilai umum dan
penyelesaian konflik dan pengambilan keputusan.
3.
Nilai berfungsi motivasional.
4.
Nilai berfungsi penyesuaian.
5.
Nilai berfungsi sebagai pengetahuan atau
aktualisasi diri.
Masyarakat
yang memiliki latar belakang budaya yang
berbeda akan memiliki nilai yang berkaitan dengan kerja secara berbeda
pula. Persamaan dan perbedaan dalam orientasi kerja menjadi sumber pertumbuhan
dan pendapatan uang (ekonomi) secara menyeluruh / adanya konflik, frustrasi dan
hambatan-hambatan organisasional.
ARTI KERJA
Kerja
adalah kegiatan yang direncanakan. Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh
manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan
seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu
yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang
dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada
keadaan sebelumnya.
Kebutuhan
yang ada dapat dibagi menjadi :
a.
Kebutuhan fisiologis dasar. Kebutuhan
ini menyangkut kebutuhan fisik atau biologis, seperti makan, minum, tempat
tinggal dan kebutuhan lain yang sejenis.
b.
Kebutuhan-kebutuhan sosial. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial. Ia memerlukan persahabatan dan tidak akan
berbahagia kalau ia ditinggalkan sendirian untuk jangka waktu yang lama.
c.
Kebutuhan egoistik
-
Prestasi. Individu merasakan bahwa
pekerjaannya itu penting. Semakin tinggi tingkat keterampilan maka tingkat
kepuasan juga akan semakin tinggi.
-
Otonomi. Individu menginginkan adanya
kebebasan, menginginkan semacam kreativitas, dan variasi di dalam menjalankan
pekerjaannya.
-
Pengetahuan. Menjadi seorang ahli dalam
suatu bidang memberi perasaan puas karena manusia tidak hanya ingin tahu apa
yang terjadi, tetapi juga ingin mengetahui mengapa sesuatu terjadi dan
memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
Bagi
mereka yang tingkat perkembangannya tinggi, pekerjaan seringkali berorientasi
pada motivasi. Misalnya, wanita yang diberi modal oleh suami untuk menumbuhkan
usaha baru meskipun secara materi kebutuhan mereka sudah tercukupi oleh suami. Dari
sudut pandang lain pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih.
Orang yang bekerja dapat memenuhi kebutuhan diri dan orang lain.
D. METODE
Subjek. Wanita
22-40 tahun dari suku minang yang bekerja dan berdomisili di kota pekanbaru dan
sekitarnya. Jumlah subjek 10 orang.
Metode penelitian: penelitian
ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan dalam aspek sikap, opini, keyakinan dan perilaku. Hasil
penelitian dianalisis dengan metode deskriptif.
E. HASIL
Berdasarkan data dari jawaban 10
responden menunjukkan tidak ada hubungan antara tanggung jawab gender dengan
perilaku kerja pada wanita minang. Kerja yang mereka lakukan merupakan bentuk peran
untuk ikut andil dalam mensejahterakan keluarga.
Bundo kanduang, panggilan wanita dalam
suku minang diartikan sebagai ibu kandung. Tanggung jawab ibu adalah mengurus
anak, rumah tangga, suami, mendidik anak, dan urusan-urusan domestik rumah
tangga lainnya. Wanita tidak dibebani untuk bekerja di luar rumah seperti
halnya suami yang mencari nafkah.
Wanita minang yang memilih bekerja
atas dasar pengambilan peran. Peran ini dilakukan untuk membantu tingkat
pendapatan keluarga. Kondisi finansial keluarga yang minim juga merupakan
faktor mengapa wanita bekerja. Di rumah, wanita lebih mengetahui apa yang
dibutuhkan oleh anak-anak dan kebutuhan keluarga lainnya sehingga dorongan
untuk mencari tambahan begitu kuat. Sementara tanggung jawab laki-laki
semata-mata mencari nafkah, tidak mengambil peran untuk mengetahui kondisi
keluarga yang sebenarnya. Laki-laki cenderung tidak mencari alternatif untuk
menyelesaikan problem finansial yang minim seperti halnya wanita.
Selanjutnya, alasan wanita bekerja
adalah untuk mengisi waktu dan merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai
kesenangan apabila anak-anak sudah memasuki usia sekolah dan mendapat dukungan
oleh suami. Hal ini terjadi jika pendapatan suami sudah dapat memenuhi
kebutuhan keluarga. Wanita minang berasumsi bahwa ketergantungan pada suami
merupakan titik lemah pada aspek finansial. Pendapatan lebih dapat
mengantisipasi kemungkinan buruk yang berdampak pada kondisi ekonomi keluarga
seperti kebangkrutan, asuransi, musibah,
dan lain-lain.
Dorongan untuk bekerja juga berasal
dari kegigihan wanita minang untuk mendapatkan pendapatan finansial lebih
terutama yang berdomisili di kota pekanbaru. Kebutuhan estetika, pendidikan
anak, dan kesejahteraan keluarga yang stabil merupakan alasan yang dapat
diterima oleh suami untuk mengizinkan istri bekerja.
Dapat disimpulkan bahwa wanita
minang bekerja disebabkan oleh faktor:
1. Kondisi
minimnya finansial keluarga
2. Meningkatkan
kesejahteraan keluarga
3. Kemandirian
4. Motivasi
internal
5. Kebutuhan
estetika
F. PEMBAHASAN
Nilai adalah seperangkat pengetahuan
yang dijadikan acuan pedoman yang disepakati bersama. Pengetahuan itu dipakai
sebagai alasan yang mendasari dan yang mendorong, yang memotivasi, yang
menentukan arah pilihan bertindak dan cara bertindak, serta hasil dari tindakan
yang dinilai sebagai yang benar atau yang baik, menurut pikiran dan perasaan
umumnya warga masyarakat yang bersangkutan. Bundo kanduang, sebutan untuk ibu
bagi wanita minang mengandung nilai bahwa ibu yang melahirkan dan mengasuh
anak, mendidik dan mengurus semua kebutuhan anak, menyimpan hasil ekonomi,
mengurus suami dan rumah tangga dan juga memiliki hak suara dalam musyawarah
(dalam lingkungan masyarakat).
Dengan sifat-sifat keibuan ini, wanita
minang sarat dengan tanggung jawab dalam hal domestik rumah tangga. Mereka
dituntut untuk bisa menjadi teladan, partner suami, dan manager rumah tangga
yang harus mencari informasi dan alternatif yang dibutuhkan keluarga termasuk
dalam aspek finansial. Jika keadaan ekonomi mengalami penurunan maka wanita
harus mengambil peran untuk menstabilkannya. Begitu juga halnya jika kebutuhan
finansial sudah tercukupi maka wanita bekerja untuk menjadi partner suami
sekaligus mengantisipasi kemungkinan buruk yang terjadi seperti musibah.
Musibah yang kemungkinan berdampak pada kondisi ekonomi keluarga.
wanita minang bekerja atas dukungan
suami, anak-anak dan keluarga. Dukungan dalam bentuk izin bahwa istri boleh
bekerja di luar, pemberian modal untuk berdagang akan tetapi tugas istri di
rumah tetap menjadi tanggung jawab istri. Suami tidak mengambil peran dalam
menyelesaikan tugas istri di rumah seperti mengurus anak dan rumah tangga.
Mayoritas laki-laki minang tinggal bersama ibu jadi tugas istri dibantu oleh
sang mertua. Anak-anak dapat mengerti ibu yang bekerja apabila ia sudah
memasuki usia sekolah, dalam arti anak sudah dapat melakukan apa yang dia
butuhkan seperti makan sendiri, mengganti baju, bermain dana lain sebagainya.
Pekerjaan berdagang yang dilakoni
mayoritas ibu minangkabau sangat berperan dalam meningkatkan ekonomi dan
kesejahteraan keluarga. Hal ini ditunjukkan oleh data dari hasil penelitian
oleh institut pertanian bogor bahwa pendapatan istri berkontribusi 13% sampai
100%. Jelas bahwa pekerjaan yang dilakoni wanita minang memiliki nilai karena bukan didasari tanggung jawab melainkan oleh
dorongan internal keibuan.
Seperti yang dikatakan oleh Gangsfer dkk
(1986) bahwa nilai merupakan aspek kepribadian yang dipandang baik, berguna
atau penting dan diberi bobot tertinggi oleh seseorang. Konsep nilai ini dipakai dalam budaya minang dalam
bentuk perilaku bekerja. Sifat keibuan yang mengetahui kebutuhan dan
kesejahteraan keluarga menjadikan dorongan internal begitu kuat untuk
mewujudkannya. Keluarga yang sejahtera merupakan cita-cita setiap ibu. Jika
salah satu aspek dapat mengancam keutuhan keluarga maka ibu akan terdorong
untuk mencari pemecahan masalah. Masalah
finansial yang merupakan tanggung jawab suami dalam sistem adat tidak
lagi mampu menopang karena perubahan
iklim ekonomi makro. Suami membutuhkan partner dalam menjalankan roda
perekonomian.
Nilai tidak memberikan legitimasi bahwa
wanita harus bekerja akan tetapi kerja bagi wanita minang memiliki nilai
motivasional dan penyesuaian diri menyikapi perubahan iklim keluarga dan
lingkungan. Adanya kebutuhan-kebutuhan dan kemungkinan kejadian yang perlu
diantisipasi pada aspek finansial. Wanita minang tidak menutup diri untuk
melakoni pekerjaan mencari pendapatan nafkah tambahan. Oleh itu wanita minang
memiliki keterampilan berdagang, pekerjaan yang tidak hanya mengandalkan
keterampilan fisik atau kemampuan berfikir sebagaimana laki-laki.
Selanjutnya, dorongan internal untuk
berkarya sebagai individu merupakan faktor nilai yang menentukan mengapa wanita
bekerja. Kerja merupakan bentuk karya wanita minang yang memberi manfaat bagi
kesejahteraan pribadi dan keluarga. Pekerjaan domestik rumah tangga sebagai
tanggung jawab dimaknai sebatas tanggung jawab, Belum merepresentasikan diri
sebagai individu yang punya kelebihan, keteladanan, dan peran penting.
Selain itu, ibu yang juga sebagai wanita
memiliki kebutuhan akan estetika. Kesenangan untuk berekreasi, berkreasi, dan
memiliki benda-benda seni seperti perhiasan, mode, keinginan untuk memenuhi
kebutuhan dengan barang bermerek dan berkualitas yang pasti dengan harga
tinggi. Semua itu belum tentu dapat dipenuhi oleh suami. Untuk mewujudkan
keinginan tersebut maka alternatif nya adalah wanita harus mendapat kan uang
sendiri yakni dengan bekerja.
Perubahan iklim ekonomi pada perkotaan
membuat laki-laki dari suku minangkabau memandang bahwa wanita yang bekerja
merupakan hal yang wajar. Jadi, nilai
kerja pada wanita minang kabau sebagai
representasi sifat keibuan, bakti terhadap suami, dan kemandirian.
G.
DAFTAR
PUSTAKA
Anoraga, Panji. 2002. Psikologi Kerja. Jakarta:
Rineka Cipta
Harmaini. 2011. Psikologi Lintas Budaya. Pekanbaru:
Suska Press.
Tri Dayaksini, 2004, Psikologi Lintas Budaya,
Malang; UMM Press
David Matsumoto, 2004, Pengantar Psikologi Lintas
Budaya, Yogyakarta; Pustaka Pelajar